Beranda | Artikel
Al-Mutawakkil Alallah - Khalifah Ke-10 Bani Abbasiyah
Jumat, 15 Mei 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Ali Musri Semjan Putra

Al-Mutawakkil Alallah – Khalifah Ke-10 Bani Abbasiyah merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Faidah-Faidah Sejarah Islam yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A.. Kajian ini disampaikan pada 22 Ramadhan 1441 H / 15 Mei 2020 M.

Download juga kajian sebelumnya: Muawiyah bin Abu Sufyan

Untuk mp3 kajian  yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com

Kajian Tentang Al-Mutawakkil Alallah – Khalifah Ke-10 Bani Abbasiyah

Pembahasan kita akan melanjutkan Khalifah ke-10 dari rangkaian kekuasaan Bani Abbasiyah, yaitu Al-Mutawakkil Alallah. Namanya adalah Ja’far, sedangkan Al-Mutawakkil Alallah adalah gelarnya. Kunyahnya adalah Abu Fadhl. Jadi Abu Fadhl Ja’far Al-Mutawakkil Alallah bin Mu’tashim bin Harun Ar-Rasyid bin al-Mahdi bin Al-Manshur Al-Abbasi Al-Hasyimi Al-Qurasyi. Beliau lahir pada tahun 205 H dan meninggal pada 247 H atau bertepatan dengan tahun 822 M dan wafat pada tahun 861 M. Jadi dalam usia sekitar 42 tahun beliau meninggal.

Masa kekhalifahan beliau yaitu diangkat menjadi Khalifah setelah mangkatnya saudara beliau yaitu Al-Watsiq, kemudian beliau dibaiat menjadi Khalifah pada tahun 232 H atau bertepatan dengan tahun 840 M.

Masa kekuasaan beliau sekitar 15 tahun menjadi Khalifah (232 H – 247 H). Itu sekilas tentang masa kekuasaan beliau.

Garis keturunan

Nasab beliau sudah sama-sama kita ketahui bahwa beliau adalah keturunan dari Abbas bin Abdul-Muththalib. Sehingga Nama beliau adalah Ja’far bin Muhammad Al-Mu’tashim Billah bin Harun Ar-Rasyid bin Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Ali bin Abdillah bin Abbas bin Abdul-Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf Al-Qurasyi Al-Hasyimi.

Sifat kepribadian

Secara fisik beliau adalah sangat semampai tinggi kemudian kulitnya agak sawo matang, memiliki jenggot yang tidak terlalu leba. Beliau lebih memilih madzhab Syafi’i dan dia adalah Khalifah pertama yang memegang mazhab tertentu.

Dan kebanyakan ulama telah menganggap bahwa dia adalah yang telah menyelamatkan aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi maksudnya dia adalah yang mengembalikan kemuliaan Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan menghidupkan sunnah dan menumpas bid’ah. Yang mana di masa beliau lah diangkatnya berbagai bentuk penindasan dan penyiksaan yang dialami para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berkeyakinan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah, bukan makhluk.

Lihat juga: Al-Qur’an Kalamullah Bukan Makhluk – Prinsip-Prinsip ‘Aqidah Menurut Imam Ahmad

Dimana pada tiga masa yang sebelumnya (mulai dari masa Al-Ma’mun, Al-Mu’tashim, kemudian Al-Watsiq), masa ini mengalami masa yang sangat berat yang dialami oleh para ulama Ahlus Sunnah karena para penguasa di pengaruhi oleh pemikiran Mu’tazilah.

Perkataan ulama tentang Ja’far Al-Mutawakkil Alallah

Kemudian di antara ulama yang mengatakan dia adalah pejuang sunnah adalah Imam Adz-Dzahabi, Khalīfah Ibnu Khayyaṭ, karena dia telah memadamkan api fitnah doktrin yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk.

Khalifah Ibnu Khayyat menyebutkan dalam sebuah ungkapannya:

استخلف المتوكل فأظهر السنة

“Setelah Al-Mutawakkil berkuasa, maka dia menghidupkan sunnah-sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

وتكلم بها في مجلسه

“Kemudian dia di dalam banyak pertemuan-pertemuan selalu membicarakan tentang sunah.”

وكتب إلى الآفاق برفع المحنة وبسط السنة ونصر أهلها

“Kemudian dia juga mengadakan semacam doktrin kepada para gubernur untuk menghidupkan sunnah dan menghentikan segala intimidasi atau doktrin pemaksaan doktrin tentang Al-Qur’an adalah makhluk. Diangkatlah segala ancaman dan penindasan terhadap ulama sunnah, kemudian menjelaskan sunnah dan membela para ulama-ulama menegakkan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Berkata Ibrahim Muhammad At-Taimi (seorang ulama/qadhi Bashrah):

الخلفاء ثلاثة، ابو بكر الصديق قاتل أهل الردة حتىاستجابوا له، وعمر بن عبد العزيز رد مظالم بنی امية، والمتوكل محا البدع وأظهر السنة

“Khalifah yang sangat berjasa itu ada tiga, Abu Bakar Ash-Shiddiq yang dia telah membela Islam dari para kaum murtaddin sampai kembali lagi Islam jaya, dan Umar bin Abdul ‘Aziz yang mengembalikan segala bentuk kedzaliman-kedzaliman yang terjadi di kawasan Bani Umayyah, dan Mutawakkil yang telah menghapus, menindas bid’ah dan menghidupkan sunnah.”

Kemudian Ibnul Jauzi juga mengatakan:

أطفأ المتوكل نيران البدعة، وأوقد مصابيح السنة

“Al-Mutawakkil telah memadamkan api bid’ah dan dia telah menyalakan lampu-lampu sunnah.”

Disebutkan juga beberapa jasanya, diantaranya adalah tentang menumpas bid’ah dalam masalah orang yang mengkultuskan kuburan Husein. Maka dia segala bentuk bangunan dan berbagai tempat-tempat pemujaan, semedi, tabarruk, dan segala macam bentuk yang dilakukan oleh orang-orang Syiah di kubur Husein itu diberisihkan oleh Al-Mutawakkil Alallah. Kemudian berbagai lokasi sekitarnya dijadikan sebagai tempat untuk bercocok tanam bagi kaum muslimin.

Karena tindakannya itu dia dituduh sebagai nashibi. Nashibi dalam pengertian orang-orang Syiah adalah orang yang memusuhi Ahlul Bait. Karena dianggap tindakannya tidak pro kepada orang Syiah, maka dia dituduh sebagai nashibi atau orang yang memusuhi Ahlul Bait. Padahal dia (Al-Mutawakkil) adalah Ahlul Bait, bagaimana dia akan memusuhi Ahlul Bait? Tetapi karena dia memiliki ketegasan terhadap penyimpangan-penyimpangan aqidah di masanya, di antaranya adalah membenahi lokasi kuburan Husein yang penuh dengan bangunan-bangunan dan berbagai macam bentuk tempat-tempat pemujaan dan pengkultusan dibersihkan oleh Al-Mutawakkil. Sehingga dia dituduh/dicap sebagai nashibi.

Simak kisah lengkapnya pada menit ke-10:29

Download MP3 Kajian Tentang Al-Mutawakkil Alallah – Khalifah Ke-10 Bani Abbasiyah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48445-al-mutawakkil-alallah-khalifah-ke-10-bani-abbasiyah/